Metode pengawetan kayu

Keawetan kayu adalah daya tahan suatu jenis kayu terhadap faktor-faktor perusak kayu yang datang dari luar tubuh kayu itu sendiri. Keawetan kayu diselidiki pada bagian kayu terasnya. Pemakaian kayu akan menentukan umur keawetannya.
Beberapa alasan dilakukan pengawetan kayu, yaitu :
- Kayu yang memiliki kelas keawetan alami tinggi jumlahnya sangat sedikit sehingga menyebabkan harga kayu menjadi mahal.
- Kayu dengan kelas keawetan III sampai dengan V jumlahnya cukup banyak, mudah didapat, harganmya murah dan mempunyai segi keindahan cukup tinggi. Hanya saja keawetannya kurang. Oleh karena itu lebih efisien apabila diawetkan terlebih dahulu.
- Dengan pengawetan kayu, secara financial lebih menguntungkan.
Adapun tujuan pengawetan kayu adalah :
- Untuk memperbesar keawetan kayu sehingga kayu yang semula memiliki umur pakai pendek menjadi lebih panjang di dalam pemakaiannya.
- Memanfaatkan pemakaian jenis-jenis kayu berkelas keawetan rendah
Sekitar 4000 jenis kayu di Indonesia sebagian besar (80 – 85%) berkelas awet rendah (III, IV, dan V) dan hanya sedikit yang berkelas awet tinggi. Kayu tidak awet memiliki kelemahan antara lain dapat dirusak atau dilapuk oleh organisme perusak kayu, akibatnya umur kayu menjadi menurun. Fenomena inilah yang mendorong upaya untuk melakukan pengawetan kayu.
Jenis-jenis metode pengawetan kayu
Pengawetan remanen atau sementara (prophylactis treatment) bertujuan menghindari serangan perusak kayu pada kayu basah (baru ditebang) antara lain blue stain, bubuk kayu basah dan serangga lainnya. Bahan pengawet yang dipakai antara lain NaPCP (Natrium Penthaclor Phenol), Gammexane, Borax, baik untuk dolok maupun kayu gergajian basah.
Pengawetan permanent bertujuan menahan semua faktor perusak kayu dalam waktu selama mungkin. Yang perlu diperhatikan dalam pengawetan, kayu tidak boleh diproses lagi (diketam ataupun digergaji, dibor, dan lain-lain), sehingga terbukanya permukaan kayu yang sudah diawetkan. Bila terpaksa harus diolah, maka bekas pemotongan harus diberi bahan pengawet lagi. Adapun bahan pengawet yang dapat dipakai untuk pengawetan remanen (sementara). Pengawetan remanen umumnya hanya menggunakan metode pelaburan dan penyemprotan, sedangkan pengawetan tetap dapat menggunakan semua metode, tergantung bahan pengawet yang dipakai serta penetrasi dan retensi yang diinginkan. Sehingga pengawetan dapat lebih efektif dan waktu pemakaiannya dapat selama mungkin.
Ada 2 macam metode pengawetan yang pokok:
Pengawetan metode sederhana (tanpa tekanan/non pressure process) :
- Metode rendaman
- Metode pencelupan
- Metode pemulasan
- Metode penyemprotan
- Metode pembalutan
Pengawetan metode khusus (cara tekanan /pressure process) :
- Metode proses sel penuh
- Metode proses sel kosong
Berikut ini penjelasan lebih detail mengenai metode-metode pengawetan kayu diatas:
1.Metode Rendaman
Kayu direndam di dalam bak larutan baha pengawet yang telah ditentukan konsentrasi (kepekatan) bahan pengawet dan larutannya, selama beberapa jam atau beberapa hari. Waktu pengawetan (rendaman) kayu harus seluruhnya terendam, jangan sampai ada yang terapung. Karena itu diberi beban pemberat dan sticker. Ada beberapa macam pelaksanaan rendaman, antara lain rendaman dingin, rendaman panas, dan rendaman panas dan rendaman dingin. Cara rendaman dingin dapat dilakukan dengan bak dari beton, kayu atau logam anti karat. Sedangkan cara rendaman panas atau rendaman panas dan dingin lazim dilakukan dalam bak dari logam. Bila jumlah kayu yang akan diawetkan cukup banyak, perlu disediakan dua bak rendaman (satu bak untuk merendam dan bak kedua untuk membuat larutan bahan pengawet, kemudian diberi saluran penghubung). Setelah kayu siap dengan beban pemberat dan lain-lain, maka bahan pengawet dialirkan ke bak berisi kayu tersebut. Cara rendaman panas dan dingin lebih baik dari cara rendaman panas atau rendaman dingin saja. Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih dalam dan banyak masuk ke dalam kayu. Larutan bahan pengawet berupa garam akan memberikan hasil lebih baik daripada bahan pengawet larut minyak atau berupa minyak, karena proses difusi. Kayu yang diawetkan dengan cara ini dapat digunakan untuk bangunan di bawah atap dengan penyerang perusak kayunya tidak hebat.
- Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih banyak
- Kayu dalam jumlah banyak dapat diawetkan bersama
- Larutan dapat digunakan berulang kali (dengan menambah konsentrasi bila berkurang)
- Waktu agak lama, terlebih dengan rendaman dingin
- Peralatan mudah terkena karat
- Pada proses panas, bila tidak hati – hati kayu bisa terbakar
- Kayu basah agak sulit diawetkan
2.Metode Pencelupan
Kayu dimasukkan ke dalam bak berisi larutan bahan pengawet dengan konsentrasi yang telah ditentukan, dengan waktu hanya beberapa menit bahkan detik. Kelemahan cara ini: penetrasi dan retensi bahan pengawet tidak memuaskan. Hanya melapisi permukaan kayu sangat tipis, tidak berbeda dengan cara penyemprotan dan pelaburan (pemolesan). Cara ini umumnya dilakukan di industri-industri penggergajian untuk mencegah serangan jamur blue stain. Bahan pengawet yang dipakai Natrium Penthachlorophenol. Hasil pengawetan ini akan lebih baik baila kayu yang akan diawetkan dalam keadaan kering dan bahan pengawetnya dipanaskan lebih dahulu.Metode
- Proses sangat cepat
- Bahan pengawet dapat dipakai berulang kali (hemat)
- Peralatan cukup sederhana
- Penetrasi dan retensi kecil sekali, terlebih pada kayu basah
- Mudah luntur, karena bahan pengawet melapisi permukaan kayu sangat tipis
3. Metode Pemulasan dan Penyemprotan
Cara pengawetan ini dapat dilakukan dengan alat yang sederhana. Bahan pengawet yang masuk dan diam di dalam kayu sangat tipis. Bila dalam kayu terdapat retak-retak, penembusan bahan pengawet tentu lebih dalam. Cara pengawetan ini hanya dipakai untuk maksut tertentu, yaitu : a. Pengawetan sementara (prophylactic treatment) di daerah ekploatasi atau kayu-kayu gergajian untuk mencegah serangan jamur atau bubuk kayu basah. b. Untuk membunuh serangga atau perusak kayu yang belum banyak dan belum merusak kayu (represif). c. Untuk pengawetan kayu yang sudah terpasang. Cara pengawetan ini hanya dianjurkan bila serangan perusak kayu tempat kayu akan dipakai tidak hebat (ganas).
- Alat sederhana, mudah penggunaannya
- Biaya relatif murah
- Penetrasi dan retensi bahan pengawet kecil
- Mudah luntur
4.Pembalutan
Cara pengawetan ini khusus digunakan untuk mengawetkan tiang-tiang dengan menggunakan bahan pengawet bentuk cream (cairan) pekat, yang dilaburkan/diletakkan pada permukaan kayu yang masih basah. Selanjutnya dibalut sehingga terjadilah proses difusi secara perlahan-lahan ke dalam kayu.
- Peralatan sederhana
- Penetrasi lebih baik, hanya waktu agak lama
- Digunakan untuk tiang-tiang kering ataupun basah
- Pemakaian bahan pengawet boros
- Jumlah kayu yang diawetkan terbatas, waktu membalut lama
- Membahayakan mahluk hidup sekitarnya (hewan dan tanaman)
5. Proses vakum dan tekanan (cara modern) :
- Proses Sel Penuh, dimana pada proses ini bahan pengawet mengisi seluruh lumen sel kayu. Metode sel penuh ada 2 cara yaitu metode bethel dan Bernett.
- Proses Sel Kosong, yaitu bahan pengawet hanya mengisi ruang antar sel kayu. Ada dua cara yaitu cara Rueping, menggunakan tekanan awal 4 atmosphere dinaikkan sampai dengan 8 atm. Cara kedua yaitu cara Lawry menggunakan tekanan awal 7 atm
Keduanya berbeda pada pelaksanaan permulaan. Proses Rueping langsung memasukkan bahan pengawet dengan tekanan sampai ± 4 atmosfer, kemudian dinaikkan sampai sekitar 7-8 atmosfer. Sedangkan pada proses lowry tidak digunakan tekanan awal, tapi tekanan langsung sampai 7 atmosfer. Beberapa jam kemudian tekanan dihentikan dan bahan pengawet dikeluarkan dan dilakukan vakum selama 10 menit untuk membersihkan permukaan kayu dari larutan bahan pengawet.
5.1. Urutan kerja pada proses pengawetan sel penuh :
- Kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet, tangki ditutup rapat agar jangan terjadi kebocoran.
- Dilakukan pengisapan udara (vakum) dalam tangki sampai 60 cm/Hg, selama kira-kira 90 menit, agar udara dapat keluar dari dalam kayu.
- Sambil vakum dipertahankan, larutan pengawet kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet hingga penuh.
- Setelah penuh, proses vakum dihentikan kemudian diganti dengan proses tekanan sampai sekitar 8 – 15 atmosfer selama kurang lebih 2 jam.
- Proses penekanan dihentikan dan bahan pengawet kayu dikeluarkan dari tangki kembali ke tangki persediaan.
- Dilakukan vakum terakhir sampai 40 cm/Hg, selama 10 – 15 menit, dengan maksud untuk membersihkan permukaan kayu dari bahan pengawet.
5.2. Urutan kerja pada proses pengawetan sel kosong :
- Kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet, tangki ditutup rapat.
- Tanpa vakum, langsung pemberian tekanan udara sampai 4 atmosfer, selama 10 – 20 menit.
- Sementara tekanan udara dipertahankan, larutan bahan pengawet dimasukkan ke dalam tangki pengawet hingga penuh.
- Kemudian tekanan ditingkatkan sampai 7 – 8 atmosfer selama beberapa jam
- Tekanan dihentikan dan bahan pengawet dikeluarkan.
- Dilakukan vakum 60 cm/Hg, selama 10 menit untuk membersihkan permukaan kayu dari kelebihan bahan pengawet.
Perbedaan proses sel penuh dan sel kosong ialah sebagai berikut : pada proses sel penuh bahan pengawet dapat mengisi seluruh lumen sel, sedangkan pada sel kosong hanya mengisi ruang antar sel.
Keuntungan :
- Penetrasi dan retensi tinggi sekali (memuaskan)
- Waktunya relatif singkat sekali
- Dapat mengawetkan kayu basah dan kering
Kerugian :
- Modal yang diperlukan besar
- Perlu ketelitian dan pengerjaan yang tinggi
- Cara ini hanya sesuai untuk perusahaan yang komersial
Demikian tulisan mengenai metode pengawetan kayu, semoga berguna dan bisa menambah literatur Anda mengenai pengawetan kayu.
[…] solid plywood lebih mudah dan cepat dikerjakan sehingga bisa mengerjar waktu deadline, dibandingkan kayu solid membutuhkan treatment khusus kayu agar mendapatkan hasil […]