UNTUNGKAH BISNIS RENTAL COMBINE HARVESTER?

UNTUNGKAH BISNIS RENTAL COMBINE HARVESTER?

Saat ini petani sudah setengah putus asa lantaran selalu menderita kerugian akibat anomali iklim. Waktu petani habis untuk mengolah lahannya, namun tidak tergantikan lantaran hasil panen tidak terlalu baik. Sudah begitu, saat panen masih harus rela kehilangan banyak gabah. Kondisi ini dialami oleh sebagian besar petani yang memiliki lahan cupuk luas. Belum lagi dihadapkan dengan berkurangnya jumlah buruh tani dan meningkatnya biaya yang dikeluarkan untuk tenaga manusia, maka mau tidak mau petani harus mulai berubah dan beralih dengan tenaga mesin. Mesin yang cocok untuk mengatasi semua itu salah satunya adalah mesin panen otomatis atau mesin Combine Harvester. Dengan menggunakan mesin Combine Harvester masalah kurangnya tenaga kerja dan mahalnya biaya panen akan terpangkas semua. Apakah mampu petani kita? Hal ini masih menjadi kendala utama bagi para petani mengingat mahalnya harga unit Combine Harvester. Apakah ada peminatnya? Tentu banyak peminatnya, secara jujur para petani menginginkan proses pemanenan bisa berjalan secepat mungkin dengan biaya serendah rendahnya agar mereka dapat segera menjual hasil panennya dan mendapatkan keuntungan yang lebih.

Bagi pemilik modal atau tengkulak tentu hal ini menjadi sebuah peluang bisnis yang menguntungkan, kenapa? Sistem panen dengan mesin jelas mempercepat proses panen. “Mereka jadi lebih cepat bekerjanya, yaitu per hektar butuh waktu sekitar 3-4 jam, hasil gabahnya pun lebih bersih dan harga jualnya bisa dihargai lebih tinggi,” urai seorang pengusaha persewaan mesin panen di Cilacap, Jateng. Dari sisi petani, saat musim panen raya padi tiba mereka butuh alsintan karena acapkali harus berebut tenaga panen. Sementara petani pemilik menginginkan segala sesuatunya praktis, mudah, dan hemat dari segi biaya panen. Untuk itu harus ada mekanisasi untuk efisiensi waktu dan tenaga kerja. Di samping itu, penggunaan alsintan bisa menekan kehilangan hasil saat panen secara manual.

Sejauh ini rata-rata kehilangan hasil padi di Indonesia mencapai 10,43% setara 7 juta ton gabah/tahun. Untuk menekan kehilangan tersebut, petani atau pelaku usaha disarankan memanfaatkan alat dan mesin pertanian (alsintan), khususnya pascapanen.  Para tengkulak berani membeli lebih mahal karena gabah lebih bersih. Bagi petani, aplikasi mesin mengurangi kehilangan hasil panen atau menambah panen sekitar 4% – 7%.  Rinciannya, bila produktivitas 7 ton/ha dan itu sudah termasuk kehilangan hasil 7% -10%. Kalau jika menggunakan mesin,  kehilangan hasilnya tidak lebih dari 3%. Jadi, ada tambahan gabah  280 – 490 kg.

Peluang Usaha Baru

Kesadaran petani menerapkan teknologi pascapanen mendorong berkembangnya bisnis penyewaan alsintan. “Prospeknya sangat baik, bisa dikembangkan di seluruh daerah,” tandas seorang pengusaha rental yang mulai berbisnis penyewaan alsintan sejak 2001 dengan mesin perontok. Menurutnya, pelaku usaha pertanian terutama pemilik alsintan bisa menangkap peluang ini sebagai usaha tambahan selain bertani. “Jadi tak hanya budidaya saja, mereka bisa menyewakan peralatan dari mulai pengolahan tanah hingga pascapanen,” katanya.

Melihat peluang emas ini, mereka tak segan-segan merogoh kocek dalam-dalam untuk membeli mesin pemanen padi kombinasi pemotong dan perontok gabah. Akhir Desember 2012, Sholah membeli tiga unit mesin seharga Rp260 juta per unit siap pakai. “Selain mendapat bisnis sewanya, saya juga bisa membantu petani dari sisi pascapanennya dan ini saling menguntungkan,” ungkapnya kalem. Apalagi, tambah Sholah, belum banyak yang terjun dalam usaha ini di kampungnya. Karena itu, ia mau mencari mesin pemanen yang lebih baik, misalnya dari China. Seakan tak mau ketinggalan, Edi yang juga berprofesi sebagai penyuluh pertanian, akhir 2012 menginvestasikan uangnya sebanyak Rp480 juta untuk membeli dua unit mesin pemanen padi. “Dua unit mesin itu memang dibeli untuk disewakan pada petani yang butuh. Kalau untuk pribadi tidak mungkin karena lahan saya hanya 1,5 ha,”alasannya. Edi menceritakan, bagi sebagian petani pemilik sawah yang luasnya tidak seberapa, harga mesin terlalu mahal dan juga tidak efisien kalau hanya untuk lahan sendiri. Jadi, dengan adanya jasa penyewaan alsintan, petani yang tidak memiliki lahan luas bisa menyewa saja.

Menurut Sholah, mesin panen padi memang bisa digunakan untuk panen sawah seluas 0,5 – 0,7 ha, tapi biayanya akan lebih efisien bila luas panen minimal 4 ha dalam satu hamparan. Luasan ini mungkin milik 5 – 6 petani.

Balik Modal dalam Lima Musim

Biaya sewa mesin panen bervariasi. Edi mematok biaya sewa Rp1,5 juta – Rp2,5 juta/ha. Tarif ini tergantung kondisi lahan tempat alat tersebut dipergunakan. “Misalnya lahan mengandung garam dan itu bisa lebih mahal biayanya karena peralatan akan mudah berkarat,” dalihnya. Sementara itu Sholah memasang tarif lebih murah, Rp1,7 juta – Rp2 juta/ha, tergantung  kondisi lahan. Selain itu ia juga mensyaratkan luas panen minimal 4 – 5 ha dalam satu hamparan. Biasanya, penyewa mesin adalah kelompok tani atau perorangan yang memiliki lahan berdekatan dan panen bersama. Biaya sewa akan jauh lebih murah jika dibandingkan biaya panen manual dengan 20 – 30 orang tenaga yang diberi upah Rp50 ribu – Rp75 ribu/orang. “Petani pun masih harus menanggung biaya makan dan rokok,” ujar pria yang juga Ketua Asosiasi Pengelola Silo Jagung, Jatim.

Sistem sewa bisa berfariasi sesuai daerahnya, seperti: bawon dan sewa biaya. Untuk cara bawon, tarif sewa disetarakan 1/7 bagian dari jumlah tonase panen. Jika petani dalam satu hektar panen 7 ton gabah kering panen (GKP), maka pemilik mesin mendapat 1 ton GKP. Dari hasil 1 ton itu, pemilik mesin mengantongi bagian 65%, sedangkan sisanya yang 35% menjadi bagian operator mesin beserta tenaga pembantunya. Pembagian tersebut setelah diambil dulu untuk biaya solar sebanyak 20 liter/ha. Untuk perawatan ganti spare part, oli dan kebutuhan mesin lainnya diambil sebanyak 5% dari 65% tersebut.

Hitungan Edi, mesinnya yang seharga Rp240 juta/unit harus bisa bekerja di lahan seluas 2 ha per hari saat musim panen. Jika itu bisa dilakukan dalam dua bulan selama musim panen, ia bisa mengeruk omzet sekitar Rp160 juta. Kalau musim panen berlalu, mesin masih bisa beroperasi di daerah lain yang sedang panen. Mereka yakin, investasi mereka bisa balik modal dalam 5 kali musim panen atau dua tahun dengan rata-rata dua kali musim panen per tahun. “Sejak merintis usaha persewaan alsintan sampai sekarang, rata-rata balik modal antara 3-5 kali musim panen,” pungkas Edi yang sudah memulai usaha sejak 2001.

Peluang Masih Terbuka Lebar.

Untuk wilayah Sumatera, prospek ini masih sangat terbuka lebar seperti penuturan Kepala Desa Rawa Medang, Iis Sapra’I mengungkapkan, mesin pemanen ini sangat di butuhkan oleh petani untuk mengejar musim tanam.“Kebetulan sekarang ini musim panen dan kedepan kita mengejar musim tanam jadi memang sangat sulit sekali bagi para petani. Jadi memang ada perlunya mesin Combine Harvester ini” bebernya. Iis Sapra’I menuturkan, mesin pemanen padi Combine Harvester senilai hampir RP 500 juta perunit itu didatangkan langsung dari Provinsi Lampung dan Sumatra Selatan (Palembang). Menurutnya butuh dana 2 M lebih untuk biaya sekali panen lahan seluas 1.121 hektar tersebut. “Malu sekali rasanya ga didatangkan dari Jambi. Mesin ini kita sewa 1 hektarnya RP 1.550.000, kalau ditotal pengeluaran termasuk bahan bakar, operator dan pekerjanya satu hektar itu habislah uang RP 2.600.000. Kalikan saja dengan luas lahan 1.121 hektar di dua Desa itu” terangnya.

Dia menerangkan butuh setidaknya 5 unit mesin untuk melakukan panen yang efektif. “Satu unit mesin itu harganya kalau gak salah RP 430 juta. Kita sewa ada 3 mesin. Dengan mesin ini panen petani efektif sekali untuk mengejar musim tanam kedepan,” jelasnya. Dijelaskannya, Combine Harvester baru pertama kali digunakan petani pada musim panen kali ini. Padi seberat 4-6 ton perhektar bisa dipanen hanya dalam waktu dua jam oleh mesin tersebut. hal ini tentunya lebih cepat dan efesien ketimbang panen secara manual.

Menurut Haryono, Kepala Badan Litbang Pertanian, kini petani sudah banyak yang menggunakan alsintan, mulai mesin pemotong (paddy reaper), perontok gabah (power thresher), dan juga kombinasinya (combine harvester). “Mereka menggunakan mesin karena kekurangan tenaga kerja,” katanya saat ditemui beberapa waktu lalu.

Jenis Combine Harvester:

  1. Galaxy GLX-120 Paddy Reaper-Mesin Panen Padi

GALAXY GLX-120 Paddy Reaper / Mesin Panen Padi

2. Tomcat CCH-790 Harvester-Mesin Panen Padi

3. Galaxy 4LZ-1.2 Mesin Panen Padi-Combine Harvester

GALAXY 4LZ-1.2 Mesin Panen Padi / Combine Harvester

4. Galaxy 4LZ-2.2 Mesin Panen Padi-Combine Harvester

GALAXY 4LZ-2.2 Mesin Panen Padi / Combine Harvester

5. Galaxy 4LZ-3.2 Mesin Panen Padi-Combine Harvester

GALAXY 4LZ-3.2 Mesin Panen Padi / Combine Harvester

6. Galaxy 4LZ-4.2 Mesin Panen Padi-Combine Harvester

GALAXY 4LZ-4.2 Mesin Panen Padi / Combine Harvester

7. Changfa CF-805N Combine Harvester

CHANGFA CF805N Combine Harvester

8. Iseki HC-80P Combine Harvester

ISEKI HC80P Combine Harvester

Harga Sewa Per Ha

Harga sewa pada masing masing daerah bisa berbeda beda dengan pertimbangan lokasi dan struktur tanah. Namun sebagai gambarannya sebagai berikut:

Tanah Gembur Basah Rp. 1.500.000
Tanah Gembur Kering Rp. 1.250.000
Tanah Lempung Basah Rp. 1.750.000
Tanah Lempung Kering Rp. 1.500.000

Klik Teknik.com menyediakan mesin panen dan Combine Harvester yang sudah terbukti daya kerjanya. Mesin mesin kami kirim langsung dari pabriknya sehingga terjamin kualitasnya.

 

Related Posts

Peluang Usaha Jasa Service Pipa Instalasi Dan Pompa Air

Instalasi pipa dan pompa air sudah menjadi kebutuhan pokok untuk...

Bisnis “SULE” atau Susu Kedelai

Belakangan ini, bermunculan berbagai varian susu selain susu sapi. Susu...

Produk Perkayuan Indonesia Siap Memasuki Pasar Uni Eropa

“Melalui partisipasi Indonesia pada pameran For Arch di Praha, Republik...

Comments

Jhonses F Simanjuntak
6 tahun ago

Saya mau cari rental/sewa mesin pemanen padi merek Isek HC 80P

LEAVE A COMMENT

Make sure you enter the(*) required information where indicated. HTML code is not allowed

X